Agustus 27, 2012

2665 meter di atas permukaan laut.

Ada salam dari pegunungan. Katanya, kapan-kapan kesini lagi ya! :)

***

Persiapan yang kurang mateng pada akhirnya di tabrak juga. 2665 meter di atas permukaan laut akan dijejaki. Selamat menikmati pengalaman di Papandayan. Gunung terdingin se-Jawa Barat :)

dan tentu,

Selamat menjelajah.

***

23 Agustus 2012.
Setelah melewati perjalanan yang cukup panjang, akhirnya gue dan tiga temen kece lainnya sampai di pos Papandayan. Tepat magrib.

Modal nekat, jam 18.30 kita nge-daki. Jarak pandang gak nyampe 1 meter. Yang jelas keliatan cuma jalan yang di sorot lampu, bulan dan bintang yang banyak banget, selebihnya gelap.

Sejujurnya saat itu kita khawatir karena udah lebih dari 5 jam kita gak nemu juga yang namanya Pondok Salada. Sampai akhirnya kita ketemu 2 orang abang-abang yang lewat.

"Kang, pondok salada masih jauh ya Kang?"
"Wah udah kelewat jauh"

*Mendadak lemes*.

"Arahnya kemana yah Kang?"

Setelah dijelasin dan kita ngerti, akhirnya kita ngelanjutin jalan.

***

Tiba-tiba abang-abang yang tadi balik lagi. Bukan cuma berdua, sekarang mereka bertiga, dua motor.

"Kita anter aja ya? Masih jauh loh."

Antara serem, lemes, dan melihat mereka seperti malaikat tanpa sayap, akhirnya dengan modal percaya sesama anak bangsa kita ikut. Kita jalan gantian. Gue dan Finsa duluan.
Bayangan gue selama di perjalanan adalah. Gue sama Finsa dibunuh dijalan, dan dilempar kejurang begitu aja. Tapi bayangan yang lebih ngenesnya lagi, gue kasian sama Putri dan Imam yang akan lebih lebih lemes, karena udah tau Gue dan Finsa di bunuh dan mereka juga akan di bunuh.

Tapi ternyata gue salah! Mereka bener-bener malaikat yang Allah kirim buat kita berempat.
Mereka beneran nganterin kita sampe Pondok Salada.
Seketika gue merasa sangat berdosa. ya Allah, maaf :|

***

Dinginnya gak nyantai. Setelah ngediriin tenda, kita masak kopi. Dan bukan debus bukan mimpi, megang api sama sekali gak berasa.
Tidur, solat, ngobrol --  semua di lengkapi dengan meng-gi-gil.

Sampai akhirnya ...

24 Agustus 2012.
Pagi ini masih menggigil. Bawaannya mau di peluk terus. Untuk ada Putri dan tripod -,-

dan SELAMAT PAGI PEGUNUNGAN. SELAMAT PAGI PAPADAYAN!




Seketika gue jatuh hati, pada matahari yang akan terbit, pada warna orens langit, pada siluet pegunungan yang kekar, pada udara dingin yang akan hangat, pada Indonesia, dan tentu pada yang menciptakan ini semua.

***

Pagi menuju siang. Perjalanan menanjak kembali di lanjutkan.

Hutan mati.
Gue seperti berpijak pada kematian tapi menghadap sesuatu yang hidup. Didepan mata gue hijau. Tapi di sekeliling gue adalah pohon pohon renta, yang tinggal tunggu hempasan angin. Saik mamen.






Kita sampe di ujung hutan mati. Setelah kita turun dan liat dimana kita duduk-duduk tadi. Gak kebayang kalo longsor. Asli sereeem!


Dan yang lelah berjalan.

















Perjalanan yang menyenangkan. Terimakasih banyak untuk ciptaannya ya Allah :)











Gue udah khawatir banget kalo kalo jantung beku, karena disana sangat dingin. Tapi Alhamdulillah ternyata masih sempet posting tulisan ini.

Sekali lagi, terimakasih sajian kerennya, Papandayan :)
Agustus 09, 2012

Pelukan 8 Agustus 2012

Setibanya di Serang.

Rumah putih-hijau yang disebut kamar kost.
Liong, Vivi, Rani dan pelukan.

Ruang 3 gedung A.
Matematika kelas A 2009 dan pelukan.

Rektorat Belakang.
Sebagian kecil 97 dan pelukan.

SELAMAT HARI MEMELUK RINDU SEDUNIA :*

5 atau 6 hari yang lalu.

Sepertinya benar apa yang ka Ega pernah bilang, Perpisahan memang berjodoh dengan air mata.

***

3 Agustus 2012

"Bakal kangen kalian" adalah termasuk hal-hal yang sering disebut hari ini. Wangi perpisahan seperti sedang di jejali ke fikiran dan hati kami. Sesak.

Satu bulan se-rumah dengan orang-orang yang menyenangkan dan kemudian harus berpisah adalah bukan hal yang tidak sedih. Coba saja di bayangkan, mulai dari tidur hingga tidur lagi, segala hal di lakukan di bawah atap yang sama, rumah hangat milik Nde.

Pamit yang pertama dimulai dari petinggi-petinggi desa setempat. Pak Jeje, lurah kece yang suka jalan-jalan, RT-RT yang ramah lingkungan dan tetangga-tetangga yang tidak habis-habis senyumnya. Mushola dan karpet hijau itu seperti sepasang bisu yang sedang haru.

"Sebulan berada didesa yang membahagiakan dengan orang-orang yang menyenangkan disekitarnya. Terimakasih banyak Pak, Bu. Tidak banyak yang bisa kami beri pada desa ini." -97


"Tiap ada pertemuan pasti ada perpisahan. Tapi jangan jadikan ini perpisahan. Setelah lebaran main kesini ya!" -Pak Jeje.

Perpisahan yang pertama di tutup dengan buka puasa bersama :))

***

97 dan Pemuda.

Awal yang cukup kacau. Pemuda seperti memandang kami sebelah mata. Peringatan datang bertubi-tubi. Kami jengah, tapi ini desa mereka. Lalu kami bisa apa?
Mungkin, karena memang 97 dan Pemuda adalah jodoh yang di-pi-sah-kan se-men-ta-ra, jadi walaupun awalnya saling tidak mengenal, akhirnya pelukan perpisahan sulit juga di lepas :))

Malam ini kami berkumpul, sangat hangat. Di awali dengan kesan pesan, dilanjut dengan nonton bareng dan bakar ikan dan tentu, (selalu) poker.

Pemuda, terimakasih telah menjadikan rumah ini benar-benar nyaman dan selalu di rindukan. So love.

"Kalau ke Mancak, aku akan menyebutnya- mau pulang ke Mancak, bukan mau pergi ke Mancak. Karena Mancak adalah rumah, tempat kami besar, dididik, dan mengenal kasih sayang secara utuh".

--

Mancak, 4 Agustus 2012

Pelukan. Air mata. Dan selamat tinggal.
Ada haru yang tidak bisa dirangkai oleh kombinasi 26 huruf :')
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...