Juni 07, 2013

Sejuta bahagia, Padang!

Hari itu tanggal 7 Mei, saya dan teman sepembimbing berencana untuk mengajukan seminar proposal penelitian. tapi ... "Ibu minggu ini gak bisa, seminarnya minggu depan aja ya. Hari Senin." JENGGGG! Ketar-ketir juga waktu itu, dikepala saya yang ada cuma 'duh, jadwalnya bakal mundur gak ya'.

Kita putar balik tiga hari sebelumnya. Orang tua saya yang baik hatinya sudah bertanya-tanya, "jadi, kamu ikut gak ke Padang?" jawaban saya saat itu sangat logis untuk anak yang kebelet mau lulus *abaikan* "Sarah tunggu seminar dulu ya, Kalo jadwal seminarnya sebelum tanggal 15, berarti Sarah ikut".



***

15 Mei.
Citilink yang kami tumpangi mendarat dengan sempurna di Bandara Internasional Minangkabau. Tau apa artinya? Saya pulang kampung, broh. Iya kampung, kenapa? Karena Padang memang cucok dengan lagu Kampuang Nan Jauah di Mato, halah, bukan, bukan itu. Karena Ibu saya memang orang sana, fyi 12 tahun gak pulang. JEGEEEERR!































Momen ke Padang ini sesungguhnya karena ada acara ulang tahun pernikahan emas kakek-nenek yang biasa saya panggil uca-uci dan akikah anak-anaknya uca-uci (ya, om-tante-ibu saya itulah) yang jatuh pada tanggal 19 Mei, tapi ayah saya yang super baik ini dengan senang hati berniat jalan-jalan mengeksekusi Kota Padang dan sekitarnya. Teriak hore. Horeeee! \o/

Hari pertama di Padang yang harus kita ketahui bersama adalah, suhu kota yang begitu, errr.. panas bangeeeet! Untungnya, tubuh akan berproses sungguh-sungguh untuk beradaptasi dengan udara disana. Indra pengecap, (juga) akan beradaptasi dengan nasi yang begitu 'maur' dan lauk-pauk penuh santan. Emmm, Ibu saya sampe bilang, "kok rasanya enakkan nasi padang di Poris (daerah rumah saya) ya?" Hahaha, bro, apa rasanya jadi nasi padang aseli Padang yang di khianati begitu -_-

---

Hari kedua yang ditandai dengan bangun pagi-pagi sekali memiliki arti, kita akan menjelajah. Katakan selamat datang pada Bukittinggi.

Sepanjang perjalananya terjadi perubahan cuaca yang sangat kontras. Karena Bukttinggi memang berada pada dataran tinggi (iyalah, bukit -_-), tentu beda susananya dengan Kota Padang yang dekat dengan pantai. Beberapa hal yang akan ditemui dalam perjalanan adalah rumah-rumah yang atapnya runcing, (ya iya kali) dan ini salah satu objek wisatanya, Lembai Anai. disana sih ditulisnya air mancur, cuma kan airnya terjun ya? Bukan mancur? Yaudah, iyain aja.


































































Kemudian ketika senja, alam akan menyuguhi Gunung Marapi yang disorot matahari yang akan tenggelam. Ah, keren!

---

Keesokan harinya saya habis-habisan dibuat terpana.































Siang itu juga kami menuju Puncak Lawang, untuk menikmati Danau Maninjau dari atas.







































Matahari mulai menyengat hebat, kami melakukan perjalanan menuju Embun Pagi, untuk bermalam disana.





















Niat prewedding, tapi kenyataan anaknya udah empat :))))))



















Hooo. Akhirnya waktunya untuk pulang ke Kota Padang. Perjalanan pulang mengambil rute kelok-kelok 44 nya Danau Maninjau, dan teruuuuuuuuuus sampai di Kota Padang.

Pensi, makanan khas di Danau Maninjau




































Keesokannya di Kota Padang.
Mari menikmati senja, dengan adik-adik sepupu. Maklum bro, saya cucu pertama \o/








































Hap! Tibalah tanggal 19 dimana acara inti dimulai. Ah, sejuta bahagia lahir dari 5 hari yang menyenangkan. Semoga akan ada hari-hari seru lainnya.
Salam jalan-jalan.
Sarah Hasbiy Asy-syifa

0 comment:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...