Desember 24, 2016

ASI Semester Satu

3 hari lagi (hitungan 30 hari/bulan), Nuun lulus ASI eksklusif. Alhamdulillah, semoga 3 semester tersisa bisa kami jalani dengan baik. 

***

Pagi tadi saya dan Nuun kongkow di warung tetangga depang gang. Makin lama makin ramai sama anak-anak sekitaran yang juga kumpul bareng-bareng mama dan/atau neneknya, seru macam mau ada posyandu hehe x)). Kemudian tibalah anak bayi yang terpaut 3 hari lebih tua dari Nuun datang bersama oma-nya dengan sangat menggemaskan karena badannya yang ginuk-ginuk lucu. Beratnya 8 kg. Waw kan? Nuun berapa? Yha, 6 kg aja buibu. Nuun kayak iklan aja deh, 'tumbuh itu ke atas bukan ke samping', bebas deh Nak. 

Awalnya Si Oma anak bayi ini yang tanya, "ASI aja ya?" Saya jawab, "Iya Bu, alhamdulillah ASI aja. Kalau Bunga (nama disamarkan) gimana?". Si Oma jawab, "campur dia mah, dikit ASI ibunya.". Perbincangan berlanjut, hingga saya mengetahui bahwa ibu Si Neng Bunga ini bekerja, Bunga minum 15 botol/hari masing-masing 120 ml, malam hari menyusui langsung dari ibu-nya.

Apa yang salah? 

No. No. Saya bukan mau bahas salah-benar, macam soal Ujian Masuk PTN :|

Ibu bekerja itu menurut saya tidak masalah sama sekali. Pilihan kan, mau kerja ya boleh, enggak ya boleh. Kasih ASI juga pilihan, Mau kasih ya silahkan, gak mau ya juga gak papa. Bahasa dewanya, nafshi-nafshi, masing-masing.

Tapi bagi saya, kalimat 'dikit ASI ibunya' itu sangat menyakitkan. Kalau saya pribadi, dibersamai orang dekat yang bilang begitu bisa pecah belah hati saya. Hancur lebur pyarrrr :((

Sepengetahuan saya, sebagai ibu yang baru nyusuin anaknya 6 bulan aja tapi udah sotoy gini, ASI diproduksi karena hasil kerjasama hormon prolaktin dan hormon oksitosin. 

Koreksi saya jika saya salah ya, hormon prolaktin ini sebut saja sebagai hormon keyakinan. Ketika ada isapan bayi, otak merespon dengan menghasilkan hormon prolaktin yang bertugas 'menyenggol' payudara untuk memproduksi ASI. Makin sering pengosongan terjadi, makin sering hormon prolaktin bekerja. Penting? Sangat penting, karena kalau payudara selalu penuh, otak merespon untuk me-nonjob-kan hormon prolaktin, mungkin khawatir rugi bandar kali ya, produksi banyak tapi gak terdistribusikan dengan baik *halah*. 

Kenapa saya sebut hormon keyakinan? Yakin itu adanya di hati, dan diaminkan oleh otak. Maka, yakin bahwa ibu mampu memberikan makan untuk bayi-nya adalah kepentingan yang hakiki ((oke ini mulai gak jelas)). Tapi saya serius, apa yang kita yakini cenderung terjadi. Mungkin kerja booster ASI adanya juga dibagian ini ya. Mungkin loh, mungkin.

((((napas dulu))))

Nah, hormon kedua adalah hormon oksitosin, mari kita sebut dia sebagai hormon bahagia. Semakin bahagia ibu, maka semakin mancur-mancurlah air ketenagan ini keluar. Maka cobalah dibayangin, belum tuntas recovery pasca melahirkan, bayi yang nangis entah apa alasannya, begadang, kemudian ditambah tekanan 'ASI kamu sedikit, ASI kamu gak bagus, ASI kamu dingin', apa rasanya? Pengen masukin anak lagi ke perut? Yakali deh.

Sabar mungkin solusi ya, tapi bisa jadi bukan solusi terbaik. Yang jelas orang terdekat dari newly mom ini lah yang mestinya tau posisi. Grrrr suka emosi kalo bahas ini hahahaha. Abis kok ya tega bener -_- kalau sekiranya saran kita tidak membantu atau bahkan bikin mood rusak, yaaa pasang mode getar aja gitu.

Paitnya gini deh, ASI ini kan Allah yang kasih. Sebagai salah satu 'isi paket' anak bayi yang baru lahir. Ya masa gak cukup? Ini Tuhannya yang kasih loh, masa salah itung sampai gak cukup? Hehe. Maafkan saya yang sok tau. Saya cuma sedih kalau sudah di judge aneh-aneh. Kita ibunya, masa mau 'skakmat-in' anak sendiri?

Kalau pada akhirnya pengganti ASI adalah yang terbaik ya gakpapa juga, tapi semoga gak keluar kalimat ASI ibunya bla-bla-bla. Cukuplah, 'iya mau pakai formula aja'. Udah deh berhenti sampai situ. (balada bete Nuun gak ditindik terus pertanyaan kenapa orang banyak berentet-tet-tet - yang ini OOT ya hehe)

***

Mari dukung ibu menyusui! Mari bebaskan ibu menyusui menentukan cara menghasilkan hormon oksitosinnya sendiri! halo baju, tas, sepatu dan printilan bayi yang lucu-lucu, sini come to mama x)))

Ayok #saveibumenyusui hehehe.
November 16, 2016

Melahirkan

Rasanya baru kemarin sedih-sedihan flek kehamilan muda, eh rupanya sudah 4 bulan 16 hari sejak saya masuk kamar bersalin dan mengejan penuh perjuangan :))

**

Semua ibu pasti merasa momen kelahiran anaknya adalah momen yang paling berkesan; entah batuk doang terus keluar bayi saking mudahnya, atau bahkan penuh drama macam drakor (baca; drama korea). Biarlah semua ibu merasa demikian, secara normal maupun c-sect, karena ganjaran syahid untuk ibu-ibu di kamar eksekusi tanpa perlu pertanyaan, "eh ini lahirannya normal apa caesar?"

Nuun 24w5d di dalam rahim
--
Panggilannya Nuun (cara baca sama dengan huruf hijaiyah ن - Nun), lengkapnya Nuun Syauqina Ashar (insyaallah lain waktu dibahas apa makna mendalamnya ya). 

Nuun lahir 30 Juni 2016 pukul 23.07 dengan BB 2.7kg, PB 47cm dan LK 33cm.

Hari itu 28 Juni, sepulangnya dari jalan pagi, ada flek yang menempel di celana dalam saya. Deg. Saya langsung chat bu bidan dan dsog saya, keduanya menyarankan ke RS untuk VT atau bahasa buminya cek dalam. Kebetulan pak dokter sedang tidak bertugas jadilah saya dicek bu bidan yang super baik. Yhaa, tapi gimana rasanya cek dalam? Ntap :(((((((((((((((

Fyi, cek dalam ini pada prakteknya adalah 2 jari bidan/dsog masuk ke dalam vagina untuk mengetahui pembukaan jalan lahir adik bayi. Rasakanlah bu ibu, rasakaaaan XD

Hasilnya, bu bidan bilang belum ada bukaan, sedihnya lagi bu bidan bilang, janin masih sangat-sangat jauh dari jalan lahir, yahhh yasudahlah yaa, saya harus pulang lagi, padahal Baba-nya Nuun waktu itu udah kebut kecepatan penuh dari kantor.

4 hari sebelum melahirkan :D
Esoknya (29/06), saya masih semangat seribu sembilan ratus empat puluh lima untuk melakukan jalan pagi, nungging-nunggin (knee chest), goyang pingggul dsb. Nah setelah jalan pagi si flek keluar lagi, kali ini lebih deg-degan karena sudah bercampur darah segar.

Buru-buru telfon suami, chat bu bidan dan pak dokter. Ke RS lagi lah saya, kali ini ditemani teman yang juga tetangga rumah.

Hari itu karena ada jadwal praktek, maka saya dicek dalam oleh pak dokter, lebih deg-degan dari pada periksa dalam pertama kali, setelahnya lebih sakit karena saya takut dan tegang menghadapi kenyataan :(

Hasilnya tetap sama, belum ada bukaan. USG menunjukan plasenta sudah mulai pengapuran (karena usianya sudah tua). Akhirnya karena sebentar lagi pak dokter cuti lebaran, maka diputuskan besok, 30 Juni 2016 saya operasi. Dokter bilang pagi eksekusi, tapi karena Baba mau urus administrasi di kantor dulu, maka diundur jam 14.00.

Ohya, awalnya bidan dan dsog menyarankan induksi, tapi saya menolak berhubung Nuun kelilit tali pusat dan belum turun ke jalan lahir. Saya gak mau ambil resiko cuma mules doang, maksa Nuun lahir, nanti malah sakit 2 kali. Kena mules induksi, endingnya operasi juga. Maka dipilihlah short cut operasi. 

Dan takdir Allah lah yang selalu terbaik. Kamis 30 Juni 2016 pukul 02.30 dini hari saya mules kontinu. "Mas, pijet- pijet belakang dong, sakit" saya udah gangguin suami yang sambil pijetin sambil ngantuk. Telfon Umi lupa jam berapa karena mulesnya udah bikin nangis.

Umi-abi dateng lupa juga jam berapa, maksa-maksa ke RS, "udah yuk ke RS aja, biar dicek. Kalau belum ada bukaan dari pada sakit terus mending dimajuin aja operasinya kan" kata Umi.

Bener juga, tapi saya kayak pesimis 2 hari bolak-balik RS gak ada hasil. Akhirnya dalam kondisi puasa (karena mau operasi) kami berangkat ke RS jam 07.30. Diperiksa dalam oleh bu bidan jaga yang saya gak kenal dan hasilnya, "bukaan 1 bu, langsung masuk kamar aja ya" Huaaaaa Allahuakbar~~~

Di RS saya rajin jalan-jalan, biar cepet nambah bukaannya, tapi ternyata berjalan alot ._______. Sampai dengan pukul 20.00, masih pembukaan 4 ke 5. Akhirnya dokter kasih pilihan, mau induksi sekarang atau operasi pkl 22.00? Huaaaa. Ada deh ya nimbang-nimbangnya setengah jam sendiri. Akhirnya kami pilih jalan induksi, mengingat harusnya sudah masuk bukaan cepat. Induksi kira-kira pukul 21.00 lewat infus, pukul 22.00 sudah bukaan 9, dan setelah sekian kali mengejan 23.07 lahirlah putri jelita ini, alhamdulillah.

Rasanya induksi gimana? Hem, berhubung ini kali pertama saya melahirkan, saya gak bisa bandingin sama yang mules natural, tapi rasa mulesnya ya gitu aja sih, sama mulesnya dari pas bukaan 1, beda di interval dan lama mulesnya aja, jarak makin deket, mules makin panjang.

02 Juli 2016 (Nuun 3 hari)
Ohya, selama di ruang bersalin saya ditemani 1 dsog, 3 bidan, 1 perawat bayi, Umi, dan suami saya. Rame ya? Mereka sih seru teriak-teriak, lha saya? Jangan ditanya. 

Pasca melahirkan kur-leb 2 jam, saya coba berdiri. Rasanya waw, waaaaaaaaaaw. Padahal sudah pakai pembalut nifas yang gedenya bukan main, tapi darahnya tetap ngucur ke kaki bak film-film. Disamping itu saya pusing nget banget, seluruh tubuh kayak fokus ke perut. Masyaallah nikmat.

**

Pada akhirnya kepasrahan dan istighfar beerkelanjutan yang mengantar jalan terbaik sampai pada proses kelahiran anak pertama saya. Terimakasih Bidan Annisa yang selalu direpotkan, terimkasih dr. Suhartadji yang mau bersabar gak main operasi, terimakasih orang tua yang selalu support saya dan adik-adik yang pulang dari perantauan, terimakasih suami tersayang cinta kasih nya yang selalu hangat, dan terimakasih anak bayi bernama Nuun yang sudah semangat menuju jalan lahir. 

12 November 2016 (4m13d)
catatan; saya melahirkan di RS Mulya Ciledug, Tangerang
Januari 11, 2016

Sehat terus calon sulungnya kami

Saya paham betul bahwa bentuk pengabulan doa bisa berwujud macam-macam. Dan senandung, "ya Allah jika rizki masih di langit turunkanlah, jika di bumi keluarkanlah, jika sukar permudahkanlah, jika haram sucikanlah, jika jauh dekatkanlah" dalam hafalan berbentuk nyanyian doa dhuha saat masih di kantor dulu bisa berwujud pernikahan.

Tapi segala puji hanya bagi Allah bentuk laki-laki yang menikahi saya ini gak literary seseorang yang tiba-tiba turun dari langit, keluar dari bumi, disucikan dengan tanah liat atau dan sebagainya, ya. Hehe *Peace, Sayang*. Si Doi adalah temen saya SMA dan sekelas selama dua tahun namun kami gak pernah akrab sama sekali. Jangankan punya kenangan bersama ala-ala anak SMA, ngobrolpun mungkin cuma sekali-duakali. Kemudian Jreeeng tiba-tiba deket dan akhirnya menikah :3

Hari itu Minggu, 23 Agustus 2015. Bertambahnya deg-degan saya saat menjelang akad disponspori Bapak penghulu yang sudah janjian jam 8 pagi tapi tak kunjung tiba sampai dengan 8:45. "Ini jadi gak ya sah-nya" takut saya dalam hati. Pas dateng ternyata si Bapak lupa kalau janjinya jam 8, beliau pikir acara jam 9. Alahmaaaak ini hati sama otak sudah main drama.

Singkat cerita, 30 Oktober 2015, hari dimana saya datang bulan. Namun hari itu tidak diwarnai dengan warna merah, sampai dengan 31 Oktober 2015 saya hanya mengalami fl*k. Padahal seumur dari saya mulai menstruasi saya gak pernah fl*k berkepanjangan. Bismillah akhirnya saya coba tespek pada tanggal 1 November 2015. Dan tadaaaaaa alhamdulillah garis dua.

Seninnya kami coba periksa ke dokter tentang keberadaan bakal makhluk hidup yang akan ada diperut saya, dan masyaallah usianya sudah 5 minggu. Namun karena disertai fl*k dokter bilang, itu ancaman keguguran. Saya yang gak pernah pengalaman hamil sontak syok karena langsung disebut ancaman keguguran, apalagi si dokter ini gak ada tedeng aling-alingnya :(

Akhirnya saya harus opname (waktu itu cuma 30 jam) dan bedrest total di rumah selama 2 minggu. 

Singkat cerita (lagi). Hari ini Senin, 11 Januari 2016 usia kadungan saya sudah memasuki 15 minggu (HPL 2 Juli 2016). Selama ini sudah 3 kali fl*k yang saya jumpai (yaitu diusia kehamilan 5 minggu, 6 minggu, dan 12 minggu). lagi-lagi mau gak mau harus bedrest.

Jumat lalu (8/01) saya bukan hanya fl*k ringan. Namun rasanya seperti kucuran haid, fl*k agak merah kecokelatan dan lumayan banyak. Panik, nangis, takut, sedih, nyesel semuanya jadi satu. ya Rabb bagaimana ini. Selang berapa waktu dijemput suami akhirnya langsung lari ke dokter (sudah ganti dokter, bukan dokter menakutkan saat awal cek kehamilan. Sekarang saya rutin ke dr. Suhartadji, SpOG di RS. Mulya Ciledug. Super nyaman diperiksa dengan dokter ini)

Kepanikan mereda setelah USG mepet shalat Jumat (alhamdulillah meskipun saya sedih karena ganggu waktu shalat jumat suami dan Pak Dokter namun dr. Tadji tetap melayani dan mejelaskan dengan tenang) ini berbuah "Janinnya baik bu, tuh lihat kepala, tulang belakang, tangan kaki air ketuban baik dan gerakannya aktif, namun memang plasenta atau ari-ari menutupi jalan lahir, Inilah yang membuat fl*k". Setelah ucap syukur, terimakasih dan mendengarkan satu, dua, tiga kalimat wejangan serta resep obat kami undur diri.

Alhamdulillah oleh perawat (-atau bidan ya saya gak paham) yang baik saya diizinkan tidur diruang praktek bidan selama menunggu suami shalat jumat. (Endeuuus RS. Mulya sepi gak ramai seperti RS sebelumnya).

Hari ini saya googling mengenai plasenta yang menutupi jalan lahir, Bapak Dokter yang menenangkan bilang bahwa plasenta dapat berpindah seiring rahim yang membesar karena bayi yang tumbuh. Setelah saya baca sana sini malah ketemua artikel-artikel yang 'menyeramkan'. Akhirnya saya mengetahui soal Plasenta Previa (salah satunya dari sini). Kemudaian muncul pertanyaan bisakah plasenta ini berpindah sendiri atau dengan bantuan? diurut misalnya? Agar naudzubillah semoga saya gak termasuk yang terkena plasenta previa. Karena ternyata plasenta previa ini membahayakan nyawa ibu dan bayi :(

Langkah apa yang akan saya ambil? Saya percaya bahwa plasenta ini akan bergerak ke atas. Jadi dua langkah setelah saya membaca artikel-artikel 'menakutkan' adalah mengajak berbicara si janin dan plasentanya agar bekerja sama membuat si palsenta berada di atas. Adapun yang Maha Mengatur dan Maha Menjaga yang akan membuat permasalah yang bergejolak dalam otak saya ini akan lebih mudah diselesaikan.

Allahumma yasir walaa tu'asssir. ya Allah mudahkanlah jangan disukarkan.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...