Copyright © 23.
Design by Dzignine
Agustus 02, 2011

Teko dan Gelas

Caaaas, asik banget kan gayanya. Ngepost tulisan yang bawa bawa unsur filosofi.
yap! filosofi. Kali ini gue mau bikin filosofi Teko-Gelas. Based on my story yaaa haha.


Kemaren ada beberapa hal yang ngebuat Mood gue yang labil fix berubah jadi Bad Mood. Gaperlu lah di jelasin alasannya kenapa.
Sampe akhirnya gue bisa muntahin apa yang gue rasain ke orang yang sangat tepat!
Thankyouuu yaaa ({})

Diakhir akhir gue ngeluapin apa yang gue rasain. Tiba tiba kefikiran tentang teko dan gelas. Saat itu, gue lah yang jadi Teko dan orang di sebrang gue adalah gelasnya.

Teko yang nampung banyak muatan kadang perlu gelas untuk nuang apa yang ada didalem teko. Biar ga meluap luap, biar ga banjir.
Nah ga meluap luap ini bisa dibilang marah marah/ mencak mencak yang berlebihan. dan banjir maksutnya adalah nangis.
Kita (red: setiap orang) butuh gelas untuk nuangin apa yang lagi rasain. Entah marah, sedih, sebel, benci, bahagia, seneng, jatuh cinta, kesengsem, atau bahkan perasaan datar.
Eh tapi tunggu dulu, Apa yang dituang juga punya takaran. Nggak lantas satu teko dituang begitu aja. karna kita sama sama tau. volume gelas jauh lebih kecil dari pada volume teko. Jadi, perlu tuh di tahan apa apa yang mau keluar. Ga maen buang aja. Nah kalo seisi teko di tuang semua, jadilah gelas yang luber. Gelas yang ga bisa nampung isi teko lagi.
Jadi, di dua posisi ini harus sama sama tau dosis. Teko boleh nuang isinya secukupnya dan gelas yang siap tampung seoptimalnya. Sama sama simbiosis mutualisme :)



"Jadilah pencerita yang tau diri, dan pendengar bijak yang banyak punya arti"

-Terimakasih Gelas :')

0 comment:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...